Bro, sis, pernah nggak sih kita merasa paling jago? Kayak semua yang kita raih itu murni karena skill dan usaha kita sendiri. Kerja keras, relasi yang oke, ide-ide brilian—semuanya kayaknya hasil keringat kita doang. Kita jadi lupa, atau mungkin nggak sadar, ada power yang lebih besar di balik semua itu. Nah, di Yesaya 10, kita diajak buat ngecek lagi mindset kayak gini.
Coba kita lihat Yesaya 10:13-14 (versi gue): "Dia bilang, 'Lihat nih, dengan kekuatan tanganku dan dengan hikmatku aku udah lakuin banyak hal. Aku pintar, aku singkirin batas-batas bangsa, aku rampas kekayaan mereka, dan kayak orang kuat, aku taklukkan penduduknya. Tanganku nemuin kekayaan bangsa-bangsa kayak nemuin sarang burung, dan kayak orang ngumpulin telur yang ditinggalin, gitu juga aku ngumpulin seluruh bumi; nggak ada seekor pun yang ngepakkan sayap atau mencicit.'"
Ayat ini ngeri banget, ya? Di sini digambarkan sosok yang sombongnya udah stadium akhir. Dia merasa semua keberhasilannya itu pure karena dirinya sendiri. Dia lupa banget sama yang namanya campur tangan Tuhan. Dia udah kayak superhero tanpa partner.
Padahal, inget nggak sih firman di Amsal 3:5-6 yang bilang, "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Ini kayak reminder keras buat kita. Kita boleh punya ambisi dan kerja keras, itu bagus! Tapi jangan sampai kita lupa bahwa Tuhan itu the ultimate source dari segala berkat dan kemampuan kita.
Di konteks Indonesia sekarang ini, godaan buat merasa self-sufficient itu gede banget. Apalagi di era persaingan yang ketat, media sosial yang penuh flexing, dan tekanan buat selalu on top. Kita gampang banget kejebak dalam pemikiran, "Gue bisa kok tanpa bantuan siapa-siapa," termasuk tanpa Tuhan.
Padahal, kalau kita flashback lagi ke sejarah bangsa kita, kita bisa lihat bagaimana Tuhan itu bekerja di balik layar. Dari perjuangan kemerdekaan sampai berbagai tantangan yang kita hadapi sebagai bangsa, ada tangan Tuhan yang nggak kelihatan tapi nyata.
Yesaya 10:15 juga menohok banget: "Apakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya? Atau gergaji menyombongkan diri terhadap orang yang menggerakkannya? Seolah-olah tongkat mengayunkan orang yang mengangkatnya, atau seolah-olah gada mengangkat orang yang bukan kayu!"
Ayat ini ngasih perumpamaan yang sederhana tapi deep. Kita ini kayak alat di tangan-Nya. Semua kemampuan, talenta, dan kesempatan yang kita punya itu dari Tuhan. Jadi, nggak ada alasan buat kita sombong atau merasa semua ini karena kehebatan diri sendiri.
Sebagai anak muda, kita punya potensi besar buat berkarya dan memberikan dampak positif buat Indonesia. Tapi, mari kita selalu ingat satu hal: kekuatan sejati kita bukan cuma dari skill atau koneksi yang kita punya, tapi dari hubungan kita yang erat dengan Tuhan. Ketika kita mengakui Dia dalam setiap langkah, Dia akan memberikan hikmat, kekuatan, dan jalan yang terbaik.
Filipi 4:13 bilang, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Ini janji yang luar biasa buat kita. Jadi, jangan pernah ragu buat melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, baik dalam studi, pekerjaan, relasi, maupun cita-cita kita untuk bangsa ini.
Refleksi buat kita:
- Coba jujur sama diri sendiri, seberapa sering kita merasa semua pencapaian kita itu murni karena usaha sendiri?
- Apa saja hal-hal konkret yang bisa kita lakukan untuk lebih melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita?
- Bagaimana kita bisa menggunakan talenta dan kemampuan kita untuk menjadi berkat bagi Indonesia sambil tetap rendah hati dan mengakui Tuhan sebagai sumber utama?
Yuk, kita bangun Indonesia yang lebih baik dengan mengandalkan kekuatan dari Sang Pencipta. Jangan cuma fokus sama apa yang kelihatan di permukaan, tapi sadarilah ada kekuatan besar di balik layar yang selalu siap menolong dan membimbing kita. Tuhan memberkati!
Kekuatan di Balik Layar: Ketika Kita Terlalu Mengandalkan Diri Sendiri