Ayat Utama: 2 Raja-Raja 2:2 (TB) - "Berkatalah Elia kepada Elisa: 'Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN telah mengutus aku ke Betel.' Tetapi Elisa menjawab: 'Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.' Lalu pergilah mereka ke Betel."
Renungan:
Hai anak-anak muda yang dinamis! Kita hidup di era perubahan yang konstan. Karir, relasi, bahkan tujuan hidup seringkali mengalami pergeseran. Kisah Elia dan Elisa dalam 2 Raja-Raja 2:1-4 memberikan insight berharga tentang bagaimana kita merespons transisi dan memilih kesetiaan di tengah ketidakpastian.
Perhatikan, Elia, seorang nabi besar, sedang dalam perjalanan terakhirnya sebelum diangkat ke surga. Ia mengajak Elisa, murid sekaligus pelayannya, untuk berpisah di beberapa tempat: Gilgal, Betel, dan Yerikho. Namun, respons Elisa sungguh powerfull: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau" (ayat 2, 4).
Respons Elisa ini bukan sekadar emosi sesaat. Ini adalah commitment yang lahir dari pemahaman akan visi dan panggilan yang lebih besar. Ia melihat bahwa bersama Elia, ia sedang dipersiapkan untuk estafet pelayanan kenabian. Elisa tidak terpaku pada kenyamanan zona aman di Gilgal, tetapi ia memilih untuk terus bergerak bersama mentornya, melewati Betel (rumah Allah) dan Yerikho (kota yang pernah dikutuk namun kini dipulihkan), hingga mencapai titik akhir perjalanan Elia.
Sebagai profesional muda, kita juga sering dihadapkan pada "Gilgal" - zona nyaman yang mungkin membuat kita enggan beranjak. Mungkin itu adalah pekerjaan yang secure namun tidak lagi menantang, atau relasi yang stagnan namun terasa aman. Firman Tuhan hari ini menantang kita untuk memiliki mindset seperti Elisa. Jangan biarkan kenyamanan menghalangi potensi transformasi yang Tuhan siapkan.
Betel mengingatkan kita akan pentingnya fondasi rohani yang kuat. Sebelum menerima tongkat estafet pelayanan, Elisa diajak untuk kembali ke "rumah Allah," tempat di mana persekutuan dengan Tuhan dan komunitas iman dibangun. Dalam kesibukan kita mengejar karir dan impian, jangan lupakan akar spiritual kita. Luangkan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan melalui firman-Nya, doa, dan persekutuan dengan sesama orang percaya. Seperti Mazmur 1:2-3 katakan, "tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; segala yang diperbuatnya berhasil."
Perjalanan ke Yerikho melambangkan bahwa Tuhan juga memanggil kita untuk terlibat dalam pemulihan dan pembaharuan di sekitar kita. Yerikho, yang dulunya dikutuk (Yosua 6:26), kini menjadi tempat yang dilewati dalam perjalanan menuju visi yang lebih besar. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan dapat memakai kita, bahkan di tengah tantangan dan kesulitan, untuk membawa dampak positif. Seperti yang tertulis dalam Filipi 2:15, "supaya kamu menjadi tak bercacat dan tak bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok dan sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia."
Refleksi:
- Dalam aspek kehidupanmu saat ini (karir, relasi, pelayanan), di mana kamu merasa sedang berada di "Gilgal" dan enggan untuk bergerak maju?
- Bagaimana kamu membangun fondasi rohani ("Betel") di tengah kesibukanmu sebagai profesional muda?
- Apa peran yang Tuhan panggil untuk kamu lakukan dalam membawa pemulihan dan dampak positif ("Yerikho") di lingkunganmu?
- Seperti Elisa, komitmen apa yang perlu kamu perbarui hari ini untuk setia mengikuti panggilan Tuhan, bahkan di tengah perubahan dan ketidakpastian?
Aksi:
Luangkan waktu untuk berdoa dan merenungkan pertanyaan-pertanyaan di atas. Identifikasi satu langkah konkret yang bisa kamu ambil minggu ini untuk keluar dari zona nyamanmu, memperkuat fondasi rohanimu, atau terlibat dalam membawa dampak positif di sekitarmu.
Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk memiliki hati yang setia seperti Elisa, berani menghadapi perubahan, dan terus bergerak maju dalam panggilan Tuhan bagi hidup kita. Amin.
Momentum Transformasi: Memilih Setia di Tengah Perubahan